Nihao sobat Nihao Nanjing. Apa kabar hari ini? Semoga semua dalam keadaan sehat dan bahagia ya. Kembali lagi nih denganku, life update dari Negeri Tirai Bambu. Sebelumnya aku sudah berbagi serba serbi kuliah S2 research-based di China Part 1. Yuk kita lanjut pengalaman kali ini di Part 2 😉.
SCI adalah kiblat akademik
Apa itu SCI? Sebelum membahas SCI, kita bahas dulu sekilas tentang Scopus. Pasti sobat kuliah sudah sering mendengar istilah Scopus. Scopus adalah database jurnal ilmiah yang dikelola oleh perusahaan informasi ilmiah Elsevier. Scopus biasanya dipakai pula sebagai istilah indeksasi sebuah Jurnal agar artikel. Pentingnya indeksasi terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan visibilitas jurnal, memperluas jangkauan pembaca, dan meningkatkan sitasi. Semakin banyak indeksasi, semakin tinggi pula artikel penulis dapat diakses dan dibaca oleh dunia internasional. Indeksasi juga memengaruhi kualitas jurnal. Indeksasi Scopus memiliki empat tingkatan, yang paling tinggi (Top Tier) adalah Q1, kemudian ada Q2, Q3, dan paling rendah adalah Q4. Saat ini Scopus menjadi indeksasi populer di Indonesia dan negara-negara barat.
Berbeda dengan di China, negara ini berkiblat pada Science Citation Index (SCI) atau sekarang Science Citation Index Expanded (SCIE), bukan Scopus. SCI adalah indeksasi dari perusahaan database internasional Clarivate. SCI juga merupakan pusat database dari produk Web of Science (WoS). SCI juga memiliki empat tingkatan (Quartile Rank) yang sama dengan Scopus, yaitu Q1, Q2, Q3, dan Q4. Sejauh pengalamanku yang pernah bekerja sebagai editorial assistant a.k.a admin jurnal, indeksasi dari Clarivate ini sangat sulit ditembus oleh jurnal-jurnal nasional dari Indonesia (dibandingkan dengan Scopus yang cenderung lebih longgar). Mereka sangat ketat dalam menyeleksi jurnal per tahunnya. Sehingga kebanyakan jurnal yang termasuk dalam index ini adalah jurnal-jurnal berkualitas.
Selain SCI, para peneliti dan akademisi di China juga memperhatikan Impact Factor (IF). IF adalah ukuran sitasi (kutipan) yang diterbitkan dalam jurnal tertentu selama periode waktu tertentu. Secara khusus, IF mencerminkan jumlah rata-rata sitasi untuk setiap artikel yang terbit dalam jurnal selama dua tahun sebelumnya. Semakin tinggi IF, maka semakin bagus kualitas jurnal. IF hanya dimiliki oleh Clarivate (Scopus tidak mengeluarkan Impact Factor).
Contoh indeksasi dari jurnal Nutrition Research Review (Abstracting and indexing) yang terindex pada Scopus dan SCI.

Wajib publish paper internasional untuk lulus

Sebagai mahasiswa S2 research-based dengan waktu tempuh 3 tahun, salah satu syarat untuk lulus adalah wajib memiliki publikasi paper internasional yang terindex SCI (poin pertama) yang selaras dengan topik penelitian thesis. Disini sudah dalam bentuk paper yang terpublikasi ya, jika masih Letter of Acceptance (LoA) tidak bisa diterima sebagai syarat lulus. Inilah mengapa waktu tempuh kuliahnya 3 tahun sobat, sehingga ada waktu bagi mahasiswa untuk menunggu paper tersebut terbit. Menurutku, hal ini bukan hal yang mudah ya, terutama bagi sobat yang sebelumnya kurang kuat dalam background akademik atau analisisnya. Tapi tenang saja, semua bisa dipelajari kok asal kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.
Apakah artikel internasional untuk syarat kelulusan ini mahasiswa wajib menjadi penulis pertama? Jawabannya adalah tidak, tergantung dengan Impact Factor (IF) yang sudah aku jelaskan sebelumnya. Jika IF factor sangat kecil, maka wajib menjadi first author, jika IF sangat tinggi (misal 12.5), maka mahasiswa bisa menjadi penulis kedua atau ketiga.
Projek penelitian wajib memiliki international novelty yang belum pernah dipublikasi

Tentu, jika kita ingin menerbitkan artikel di jurnal internasional terindex SCI, maka kebaruan (novelty) pada projek thesis kita harus dapat diterima secara internasional. Dari sini, tentu kita harus membaca banyak artikel, mencari insight dari kelas atau kuliah tamu, dsb. Meskipun topik utama kita ditentukan berdasarkan topik penelitian supervisor, tetapi secara novelty kita wajib mengembangkan sendiri. So, menjadi PR yang serius untuk mahasiswa S2 research-based dalam menentukan novelty projek penelitian thesis.
Paper dengan impact factor tinggi adalah prestasi membanggakan

China sangat mengapresiasi hasil riset akademik yang mampu diterbitkan di jurnal dengan IF yang sangat tinggi. Sejauh ini di bidang kesehatan, jurnal-jurnal yang menerbitkan hasil penelitian laboratorium biokimia memiliki IF yang sangat tinggi. Tak ayal, biaya yang dikeluarkan juga sangat besar. Penelitian lab biokimia secara novelty di bidang medis memang memiliki dampak yang luar biasa.
Dosen-dosen di China memang sangat mengutamakan kualitas penelitian dan artikel yang akan diterbitkan. Oleh karena itu, meskipun masih muda, banyak yang sudah menjadi Professor atau associate professor loh. Hebat ya. Semoga kita bisa meniru semangatnya.


